Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang
mendesign pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian.
Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada
peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek
prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang
jelas merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan
derajat pengorbanan dalam pekerjaan maka kepemimpinan transaksional yang sesuai
diterapkan di tengah-tengah staf yang belum matang dan menekankan pada
pelaksanaan tugas untuk mendapatkan insentif bukan pada aktualisasi diri. Oleh
karena itu, kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang-orang yang ingin
memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang, pangan, dan papan.
Kepemimpinan transaksional tidak mengembangkan pola
hubungan laissez fair atau membiarkan personel menentukan sendiri pekerjaannya
karena dikhawatirkan dengan keadaan personil yang perlu pembinaan, pola ini
menyebabkan mereka menjadi pemalas dan tidak jelas apa yang dikerjakannya. Pola
hubungan yang dikembangkan kepemimpinan transaksional adalah berdasarkan suatu
sistem timbal balik (transaksi) yang sangat menguntungkan (mutual system of
reinforcement), yaitu pemimpin memahami kebutuhan dasar para pengikutnyak dan
pemimpin menemukan penyelesaian atas cara kerja dari para pengikutnya tersebut.
Pemimpin transaksional merancang pekerjaan sedemikian rupa yang disesuaikan dengan jenis dan jenjang jabatannya dan melakukan intera kesimpulan atau hubungan mutualistis. Dalam melaksanakan peran kepemimpinannya, para pemimpin transaksional percaya bahwa orang cenderung lebih senang diarahkan, menjadi pekerja yang ditentukan prosedurnya dan pemecahan masalahnya daripada harus memikul sendiri tanggung jawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil. Oleh karena itu, para bawahan pada iklim transaksi tidak cocok diserahi tanggung jawab merancang pekerjaan secara inisiatif atau pekerjaan yang menuntut prakarsa.
Pemimpin transaksional merancang pekerjaan sedemikian rupa yang disesuaikan dengan jenis dan jenjang jabatannya dan melakukan intera kesimpulan atau hubungan mutualistis. Dalam melaksanakan peran kepemimpinannya, para pemimpin transaksional percaya bahwa orang cenderung lebih senang diarahkan, menjadi pekerja yang ditentukan prosedurnya dan pemecahan masalahnya daripada harus memikul sendiri tanggung jawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil. Oleh karena itu, para bawahan pada iklim transaksi tidak cocok diserahi tanggung jawab merancang pekerjaan secara inisiatif atau pekerjaan yang menuntut prakarsa.
Kepemimpinan transaksional juga dipandang sebagai
contingent reinforcement atau dorongan kontingen dalam bentuk reward dan
punishment yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja, yaitu manakala
para staf menunjukkan keberhasilan ataupun kemajuan dalam mencapai sasaran
target yang diharapkan,mereka mendapatkan contingent positif berupa imbalan.
Namun, apabila staf menunjukkan kinerja sebaliknya yaitu menunjukkan kegagalan
atau ditemukan berbagai kesalahan maka dorongan contingent negatif atau aversif
dapat dikenakan berupa hukuman yang telah disepakati.
Pemimpin
bercirikan tansaksi, enggan mebagi pengetahuannya kepada staf karena menganggap
pengetahuan tersebut dapat dijadikan alat koreksi atau menjadi pengkritik moral
yang kuat bagi perbaikan iklim kerja yang terlalu berorientasi tugas dan
sedikit mengabaikan aspek-aspek kepribadian manusia. Di bawah ini dikemukakan
perbedaan antara kepemimpinan transormasional dan transaksional.
0 komentar:
Posting Komentar